Saturday, September 1, 2012

Perkembangan Perbankan Syariah

Perbankan Syariah bukanlah hal baru di dunia perbankan. Saat ini perbankan syariah merupakan salah satu elemen penting dalam hukum perbankan di Indonesia yang mengalami kemajuan yang sangat pesat dan dengan didukungnya regulasi-regulasi baik secara kelembagaan maupu kegiatan usahanya. Pesatnya perkembangan perbankan syariah ditunjukkan dengan makin menjamurnya lembaga keuangan bank yang berbasis syariah.
Potensi Indonesia yang sangat besar sebagai Global Player dari keuangan syariah yang didukung oleh:
·       Jumlah penduduk muslim yang besar menjadi potensi nasabah industry keuangan syariah.
·       Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi.
·   Peningkatan sovereign credit rating Indonesia menjadi Investment Grade yang meningkatkan investor untuk berinvestasi di sector keuangan domestic.
·       Sumber daya alam yang melimpah.
Tak heran pula saat krisis global melanda (1998, 2008, dan krisis Eropa 2011) banyak sektor yang terkena dampak krisis global khususnya sektor Perbankan, namun Perbankan Syariah di Indonesia mampu bertahan kokoh serta menunjukkan kinerja yang makin meningkat.

Dalam studi yang dilakukan oleh Global Islamic Financial Report (GIFR) tahun 2011, menunjukkan bahwa Indonesia memiliki peluang yang potensial dalam pengembangan industry perbankan syariah. Dimana Indonesia menempati peringkat ke 4 negara yang potensial dalam pengembangan industri perbankan syariah. Dan hingga saat ini di Indonesia tercatat ada 11 Bank umum syariah, 23 unit usaha syariah, dan 156 BPR syariah dengan total jaringan kantor mencapai 2.574 kantor yang tersebar di seluruh Indonesia. (Data BI 17 Desember 2012).

Lumrah, Pembajakan Karyawan pada Bank Syariah

Terbatasnya lulusan khusus ekonomi syariah maupun perbankan syariah membuat bank syariah terpaksa mencari fresh graduate atau karyawan berpengalaman dari bank konvensional.


Masih minimnya kualitas maupun kuantitas sumber daya manusia (SDM) atau disebut sumber daya insani di industri perbankan syariah membuat situasi bajak-membajak karyawan terus terjadi.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Bank-Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), Achmad K Permana, mengatakan, hal itu diperparah dengan terbatasnya lulusan khusus ekonomi syariah maupun perbankan syariah membuat bank syariah terpaksa mencari fresh graduate atau karyawan berpengalaman dari bank konvensional.

Namun upaya itu sering masih terkendala oleh banyak hal, termasuk soal perbedaan gaya hidup karyawan yang cukup drastis.

Banyak karyawan yang segan kerja di bank syariah karena mereka sudah tidak boleh jalan-jalan pakai celana pendek lagi, tidak boleh merokok, tidak boleh pasang foto yang terlalu berani di Facebook. Mereka mau tidak mau memang harus menyesuaikan gaya hidupnya,” kata Permana dalam Bincang-Bincang Menguak Krisis Sumber Daya Insani di Perbankan Syariah di Jakarta, Senin (13/8).

Hal lainnya yang juga dapat membuat para karyawan bank konvensional atau fresh graduate berlatar belakang konvensional tidak berminat bekerja di bank syariah adalah persoalan remunerasi atau bonus.

Seorang bankir top level di bank konvensional bisa saja meraih total remunerasi hingga ratusan juta bahkan Rp1 miliar satu tahunnya. Padahal, di sebuah unit usaha syariah, total laba bersih suatu bank saja bisa hanya sekitar Rp10 miliar per tahun, sehingga tingkat remunerasinya tidak sebanding.

Permana yang juga menjabat Kepala Divisi PermataBank Syariah juga mengatakan, rata-rata anak buahnya berasal dari bank konvensional, tidak terkecuali bank asing.

Mereka terpikir mencari karir dan pendapatan yang bagus di konvensional. Tapi saya bilang, di bank konvensional, best sales atau tenaga pemasar paling top itu ada ribuan jumlahnya. Sedangkan di bank syariah paling hanya 2-3 orang. Itu kesempatan bagi mereka,” kata Permana.

Namun diakui, keputusan orang untuk berpindah pekerjaan adalah sebuah Hak Asasi Manusia (HAM), sehingga persoalan bajak-membajak masih akan terus ada jika suplai SDM perbankan syariah belum memadai.



10 Bank Syariah di Indonesia yang Memiliki Nasabah Paling Loyal

Bank Syariah juga tidak mau kalah dengan bank konvensional. Mereka pun melakukan beragam program loyalitas kepada nasabahnya. Hal ini dilihat dari hasil kajian Majalah Infobank bersama MarkPlus Insight dalam memonitor dan mengevaluasi kinerja perbankan konsumer di Indonesia, yang ditinjau dari sisi loyalitas nasabah. Pada 2011, kerjasama ini sudah ketujuh kalinya di gelar. Berikut ini sepuluh bank syariah yang memiliki loyalitas tertinggi secara berurutan: 



1. BSM


Pada 2011 Bank Syariah Mandiri (BSM) kembali menitikberatkan usahanya pada penghimpunan dana di segmen konsumer. Strategi itu merupakan lanjutan dari program yang sudah dijalankannya sejak 2009.


Tabungan menjadi produk primadona BSM. Dari komposisi dana pihak ketiga (DPK)-nya, tabungan dan giro terjaga di atas 50% dari portofolio bank.

BSM menduduki peringkat pertama dalam Indonesian Bank Loyalty Index (IBLI) 2011 yang digelar MarkPlus Insight bekerja sama dengan MajalahInfobank untuk indeks loyalitas nasabah (customer loyalty index) tabungan syariah.

Pertumbuhan nasabah tabungannya yang naik sekitar 20%-30% untuk nasabah baru menjadi faktor pendukung. Hingga Oktober 2010, pangsa pasar tabungan BSM di industri perbankan syariah mencapai 43,94% dengan posisi DPK Rp25,16 triliun.

2. BANK MUAMALAT INDONESIA


Bank Muamalat Indonesia (BMI) optimistis mampu mencapai pertumbuhan sebesar 50% pada 2011. Dengan aset sebesar Rp30 triliun, BMI berharap mampu menggaet nasabah lebih banyak. Agar nasabahnya tetap loyal, bank pertama dan murni syariah di Indonesia ini telah menambah modal sebesar Rp700 miliar pada 2010 melalui right issue.


BMI terus meningkatkan performa pelayanannya. Jaringan yang makin luas dengan total 325 cabang serta didukung produk yang kian inovatif memantapkan BMI untuk berkompetisi di perbankan syariah dan perbankan konvensional. Dalam Indonesian Bank Loyalty Index (IBLI) 2011, BMI menduduki posisi kedua untuk indeks loyalitas nasabah (customer loyalty index) tabungan syariah.

Tahun 2011 merupakan tahun transformasi bagi BMI. Bank syariah ini menargetkan perolehan dana pihak ketiga (DPK) pada 2011 meningkat menjadi Rp13,85 triliun dari tahun sebelumnya yang Rp12,17 triliun. 

3. BANK MEGA SYARIAH


Secara keseluruhan, indeks loyalitas nasabah tabungan syariah Bank Mega Syariah dalam Indonesian Bank Loyalty Index (IBLI) 2011 mencapai 73,3%. Jika tahun lalu hanya mampu duduk di posisi kelima, kali ini Bank Mega Syariah merangsek ke posisi ketiga.


Itu berkat kerja keras manajemen dalam menjaga produk tabungan dan membuat nasabah penabungnya loyal. Upaya meningkatkan dana pihak ketiga (DPK) terus dilakukan bank ini dengan memperluas jaringan dan menawarkan berbagai produk tabungan, termasuk Tabungan Haji.

Bank Mega Syariah menargetkan pertumbuhan pada 2011 minimal 20%. Dalam penghimpunan dana, porsi dana mahal bank ini dominan, yakni sebesar 83% dari total DPK yang sebesar Rp3,8 triliun. 

4. BNI SYARIAH


BNI Syariah berhasil menggenjot dana nasabah. Periode Oktober 2010 dana pihak ketiga (DPK) yang dikumpulkannya mencapai Rp4,2 triliun. Angka itu dicapai setelah BNI Syariah melakukan soft launching spin off (pemisahan) PT BNI Syariah dari Unit Usaha Syariah (UUS) BNI Corporate.


Melalui spin off tersebut, manajemen BNI Syariah akan lebih fokus mengelola bisnis, independen, fleksibel, dan responsif dalam memenuhi kebutuhan nasabah agar BNI Syariah bisa menjadi bank syariah pilihan.

BNI Syariah dengan customer based lebih dari 420.000 nasabah masih tetap fokus di bisnis ritel dan konsumer. Setelah spin off, nasabah BNI Syariah tetap bisa menikmati layanan yang ada selama ini, seperti e-channel BNI, tarik setor di seluruh kantor BNI, dan pembukaan rekening BNI Syariah di lebih dari 750 kantor cabang BNI yang telah menjadi syariah channeling outlet (SCO). Pada Indonesian Bank Loyalty Index (IBLI) tahun ini BNI Syariah berada di peringkat keempat dengan nilai 73,2%. 

5. BRI SYARIAH

BRI Syariah mengincar dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp7,05 triliun pada akhir 2010. Ini bukan hal yang mustahil mengingat BRI Syariah memiliki basis nasabah yang cukup kuat. Lihat saja, secara keseluruhan, performa indeks loyalitas tabungan syariah BRI Syariah meningkat.

BRI Syariah menduduki peringkat kelima dalam Indonesian Bank Loyalty Index (IBLI) 2011 dengan mengantongi nilai 73,1%. Semua itu tak lepas dari makin beragamnya program dan produk tabungan yang diluncurkannya, yang membuat tabungan BRI Syariah tetap menjadi primadona bagi nasabah penabung yang loyal.

Dengan dukungan 74 kantor cabang dan 2.023 karyawan, BRI Syariah diharapkan tetap tumbuh signifikan di masa mendatang. Hingga akhir tahun, komposisi DPK-nya adalah tabungan 25%, giro 10%, dan deposito 65%. Perluasan jaringan dan penambahan 30 kantor cabang merupakan cara BRI Syariah untuk tetap melanjutkan performa tabungan dengan loyalitas terjaga. 

6. BANK SYARIAH BUKOPIN

Kerja keras Bank Syariah Bukopin (BSB) dalam meningkatkan pelayanan secara konsisten berbuah manis. Pada Indonesian Bank Loyalty Index (IBLI) 2011 BSB berada di peringkat keenam untuk performa indeks loyalitas nasabah (customer loyalty index) tabungan syariahnya.

Berdasarkan indeks yang dirilis MarkPlus Insight pada 2011, Bank Syariah Bukopin mengantongi nilai 72,7%, sedikit di bawah BRI Syariah. Dana pihak ketiga (DPK)-nya naik dari Rp1,2 triliun menjadi Rp1,5 triliun pada akhir Oktober 2010. 

Selama ini BSB menjadi incaran investor asing. Kendati demikian, sejauh ini BSB selalu menolak tawaran investasi dari pihak asing. BSB memang masih mengandalkan kantong sendiri dalam urusan permodalan dan pengembangan bisnisnya.

Pangsa pasar bank syariah di Indonesia yang sudah tergarap baru sekitar 2,6%, terbilang kecil bila dibandingkan dengan industri syariah di luar negeri yang minimal pasarnya 10%. Dengan demikian, masih ada 7,4% pasar yang belum tergarap di industri berprospek cerah itu.

7. BTN SYARIAH

BTN Syariah memiliki keinginan yang sama dengan bank syariah lain dalam meningkatkan pelayanan bagi nasabahnya. Setelah lima tahun menjalankan bisnisnya dengan prinsip syariah, BTN Syariah terus berekspansi dan memperbaiki kualitas pelayanannya.

Berdasarkan riset MarkPlus Insight, BTN Syariah mengantongi nilai 72,6%. Bank syariah yang rencananya baru di-spin-off dua tahun lagi ini menjalankan fungsi intermediasi dengan menghimpun dana masyarakat melalui produk-produk giro, tabungan, deposito, dan menyalurkan kembali ke sektor riil melalui berbagai produk.

Hingga Agustus 2010, total aset BTN Syariah mencapai Rp2,6 triliun. Untuk mempertahankan loyalitas para penabungnya, BTN Syariah berencana menambah 11 kantor cabang pembantu (KCP) sehingga menjadi 20 KCP sampai dengan akhir tahun. Enam KCP di antaranya akan dibangun di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jadebotabek). Sisanya di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Total office channeling-nya mencapai 199 unit. 

8. DANAMON SYARIAH

Danamon Syariah makin serius meningkatkan pelayanan demi meningkatkan loyalitas nasabahnya. Salah satunya, dengan terus memperluas jaringan dan menciptakan produk-produk yang inovatif. Berkat strategi itu, Danamon Syariah meraih nilai 72,4% dalam Indonesian Bank Loyalty Index (IBLI) 2011. Danamon Syariah menduduki posisi kedelapan untuk indeks loyalitas nasabah tabungan syariah.

Pada 2010 Danamon Syariah menargetkan perolehan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp800 miliar. Hal itu sebenarnya tidak sulit diraih mengingat Danamon Syariah didukung penuh Bank Danamon sebagai induknya yang memiliki jaringan luas dan teknologi mumpuni.

Sampai akhir 2010, bank beraset Rp1 triliun itu menargetkan bisa menambah layanan gadai syariahnya hingga 15 unit. Tahun depan Danamon Syariah pun masih fokus pada pengembangan layanan gadai syariah. 

9. CIMB NIAGA SYARIAH

Performa pelayanan CIMB Niaga Syariah menurun. Jika tahun lalu menduduki posisi keempat, tahun ini CIMB Niaga Syariah hanya berada di posisi kesembilan. Secara keseluruhan, indeks loyalitas nasabah (customer loyalty index) tabungan syariahnya 72,1%, sedikit menurun dari tahun lalu yang 73,7%.

CIMB Niaga Syariah tetap berupaya mencetak kepuasan nasabah dengan terus menambah jaringan dan menciptakan produk-produk yang lebih inovatif. Kekuatan pelayanan berbasis teknologi yang dimiliki CIMB Niaga Syariah mampu menggenjot dana pihak ketiga (DPK)-nya dan menambah loyalitas nasabah tabungannya. Lihat saja, produk inovasi yang belum lama ini diluncurkannya, yakni Time Deposit (TD) Bundling iB Extra Syariah, disambut antusias penabung.

Melalui program itu, nasabah dapat memiliki dua produk simpanan sekaligus, yakni deposito iB Syariah dan tabungan iB X-Tra Syariah, dengan hanya melakukan penempatan dana pada deposito unit syariah. 

10. BII SYARIAH

BII Syariah terus berupaya mempertahankan kualitas pelayanannya. Dalam riset loyalitas kali ini, BII Syariah berada di peringkat ke-10 dengan nilai 70%, turun dari tahun lalu yang 71,3%.

Dengan dukungan office channeling, BII Syariah menyediakan produk penghimpunan dana syariah, yakni Tabungan Musafir, Tabungan Investasi, Giro Syariah, dan Deposito Syariah dengan akad wadi’ah dan mudharabah. Jasa perbankan lain yang disediakannya, antara lain transfer dana (kliring, RTGS, dan western union) dan giralisasi.

BII Syariah juga menyediakan produk pembiayaan syariah, yakni pembiayaan rumah dan modal kerja syariah dengan akad pembiayaan murabahah, musyarakah, salam, isthisna’, hingga mudharabah.

Melalui office channeling BII Syariah, nasabah yang menghendaki tersedianya pelayanan syariah yang prima dengan didukung teknologi perbankan yang memadai pun terpenuhi. Hingga Juni lalu, aset BII Syariah Rp629,4 miliar dengan jumlah dana pihak ketiga (DPK) Rp450,42 miliar. Pada periode yang sama bank syariah ini telah mengucurkan pembiayaan sebesar Rp510,15 miliar. (*)

Source:

http://www.infobanknews.com/2011/02/daftar-10-bank-syariah-yang-memiliki-nasabah-paling-loyal/