REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA -- Menteri Agama Suryadharma Ali mengumumkan 17 bank yang lolos seleksi
untuk menerima setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). Dari 30 bank
yang mengikuti proses seleksi, sepuluh bank dinyatakan tidak memenuhi syarat.
"Saat ini dana haji mencapai 60 triliun rupiah. Angka tersebut bisa meningkat menjadi 100 triliun pada 2020. Bahkan mungkin jadi 150 triliun rupiah kelak," kata Menag, menekankan pentingnya keseriusan menjalankan amanah untuk mengelola dana haji.
Untuk mengantisipasi krisis ekonomi maka sebagian besar penempatan dana lebih banyak di sukuk pasalnya, dana yang dijamin LPS maksimal hanya 2 miliar rupiah. "Memang banyak kelebihan dan kekurangannya. Kalau di bank, penempatannya jangka pendek dan manfaatnya bervariasi, sedang di sukuk tenornya lebih panjang dan bisa membiayai proyek Kemenag misalnya pembangunan asrama haji, proyek pendidikan, dan lain-lain," kata Suryadharma.
Berdasarkan laporan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Anggito Abimanyu, 17 bank tersebut adalah 6 (enam) Bank Umum Syariah (BUS) yaitu:
1.
Bank
Syariah Mandiri (BSM),
2.
Bank
Muamalat,
3.
Bank
Mega Syariah,
4.
Bank
BNI Syariah,
5.
Bank
BRI Syariah,
6.
Bank
Panin Syariah.
11 (sebelas) bank lainnya adalahmBank
Umum Nasional yang memiliki Layanan syariah yaitu:
7.
Bank
BTN,
8.
Bank
Permata,
9.
Bank
CIMB-Niaga,
10. Bank Sumut,
11. Bank DKI,
12. Bank Jateng,
13. Bank Jatim,
14. Bank Kepri,
15. Bank Sumselbabel,
16. Bank Nagari,
17. Bank Aceh.
Penempatan dana di
bank-bank tersebut akan menggunakan akad mudharabah
muqayaddah. Sementara 3 (tiga) bank umum lainnya dinominasikan untuk
berfungsi sebagai bank transito. "Bank tersebut akan menutup kesenjangan
persebaran wilayah layanan yang belum terakomodasi oleh perbankan
syariah," kata Anggito pada kesempatan sama.
10 (sepuluh) bank yang tidak memenuhi persyaratan telah dicabut izinnya sebagai bank penerima setoran BPIH. Bank ini diharuskan memberi penjelasan kepada publik dan pemindahan data serta dana jamaah. "Penetapan dan pencabutan sebagai BPS-BPIH akan dimulai pada 1 Januari 2014," papar Anggito.
Menurut Anggito, ada beberapa alasan dibalik likuidasi sejumlah bank tersebut. Ia menolak menyebutkan identitas bank-bank tersebut. "Alasannya bisa terkait teknis, administratif, likuiditas, risiko, dan lain-lain," ungkapnya.
Reporter : Yeyen Rostiani
|
Redaktur : Ajeng Ritzki Pitakasari
|
0 comments:
Post a Comment